Punglas dan Pungli

Punglas yang melibatkan (Uang Pecahan) yang (harus) dibayarkan secara (Suka Rela)

Transparansi adalah suatu hal yang paling diinginkan oleh semua orang, namun sebaliknya praktik – praktik yang dilakukan oleh oknum – oknum tertentu berbeda 180 derajat dengan orang – orang yang menjunjung tinggi keterbukaan dan profesionalisme kerja. Istilah pungli mungkin sudah lazim di indonesia, namun karena diketahui belakangan ini masyarakat juga sudah mulai (Kritis(, kata – kata Pungli-pun mulai sedikit demi sedikit hilang bereinkarnasi menjadi (Punglas) (Pungutan (Seikhlasnya)) yang (cukup) untuk membuat masyarakat merasa kasihan dan akhirnya mendiamkan pungutan jenis ini ketika masyarakat melihat oknum yang melakukannya dianggap (pantas) untuk dikasihani. Akan berbeda cerita bila oknum yang melakukan punglas adalah seorang yang mungkin kurang (pas) untuk didiamkan melakukan pungutan jenis baru ini. Disini penulis ingin mengajak masyarakat untuk peduli atas pungutan jenis baru ini dan mencari solusi yang bijak dalam menghadapi oknum yang melakukan pungutan ini.

Ketika pungutan liar sudah terbungkus dengan kata – kata manis (Seikhlasnya) yang dilakukan oleh oknum tertentu yang masuk kategori kurang (pas) untuk dikasihani apa lagi oknum tersebut seorang pelayan masyarakat yang sudah digaji oleh pemerintah untuk melakukan pekerjaannya. Alhasil timbul beberapa pemikiran dalam masyarakat, yakni :

  • Sudah, anggap aja itu amal sedekah.
  • Kasih aja, anggap aja uang (Terima Kasih(
  • Kasih aja, nanti kalau kita ngurus administrasi lagi, bisa diperlambat kalau tidak (ngasih(.
  • Halah, cuma (seikhlasnya) kasih aja Gopek.
  • Ayo ngasih, kalau enggak nanti dibilang ga (kompak) lho.
  • Semuanya pada ngasih, sudah dari (dulu) kok.
  • Dan banyak lainnya.
  • Pelajaran – pelajaran tentang Integritas, Moral, serta Imtaq yang telah didapat sewaktu sekolah dahulu kala seakan terputus begitu saja. Sebagian orang malah lebih (rela) memberikan sedekah pada oknum Punglas dari pada memberi fakir miskin dan orang yang lebih berhak menerima sedekah tersebut. Mereka lebih (ikhlas) mengeluarkan gopek untuk oknum tersebut dari pada mengeluarkan gopek untuk kotak amal di Masjid saat Jum’atan hingga yang namanya kotak amal itu jalannya lancar tanpa macet saat di gilir ke jamaah jum’atan.

    Apa iya, itu uang (terima kasih) bukan karena permintaan pribadi oknum melainkan inisiatif pribadi ? Sudahlah jangan terlalu banyak alasan untuk membenarkan sesuatu yang salah agar terlihat menjadi benar di mata sebagian orang kecuali tidak ada yang meminta namun anda tetap berjiwa dermawan untuk memberi uang (terima kasih). Terkadang sebagian dari mereka juga tidak sadar, bila sedang diancam secara tidak langsung oleh pemikiran mereka sendiri yang mengatakan :

    nanti kalau kita ngurus administrasi lagi, bisa diperlambat kalau tidak (ngasih(…

    Suatu hal nyata yang sering dianggap remeh, bahwa ternyata hati kita itu (pecundang) terlalu takut oleh (pemikiran) sendiri dan orang – orang sekitar. Mereka juga tidak sadar bahwasanya mereka sedang (menciptakan) budaya baru representasi terbaru dari budaya jelek yang sudah lama ada. Cobalah baca Budaya dan Kekompakan ini, bila mereka masih berpikir :

    (ga kompak klo ga ngasih atau semuanya pada ngasih kok ini sudah dari dulu)…

    Kadang terlintas di pemikiran penulis, cara untuk menghentikan pungutan berantai ini adalah dengan cara (JANGAN MEMBERI RUPIAH PADA OKNUM PUNGLAS(, lebih baik anda memberi ke orang yang memang membutuhkan rupiah anda, dimulai dari diri sendiri. Namun bila teman pembaca seorang pemegang kekuasaan, tolong diputusnya dengan cara pendekatan persuasif dan bijaksana ya pak dengan tetap menjunjung rasa kemanusiaan namun tidak mengesampingkan juga pendekatan melalui hukum bila pendekatan persuasif tidak mempan. Bila teman pembaca rakyat jelata biasa seperti penulis, bagaimana caranya ? Buat aja surat kaleng ke instansi oknum yang melakukan Punglas atau kebagian Pengawasan karena setiap instansi biasanya ada bagian pengawasannya.

    Bagaimana menurut teman – teman pembaca ? apa solusi yang bisa teman – teman pembaca tawarkan ketika terjadi pungutan jenis ini?

    Akhir kata, saya ingin mengutip kata – kata super positif dari pak Anies Baswedan :

    Orang-orang baik tumbang bukan karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya orang-orang baik lainnya yang diam dan mendiamkan.

    Sumber Gambar :

    http://images.wisegeek.com/secretpayment.jpg